Minggu, 15 April 2012

KAJIAN ASMA' SIRR 2


                                                        JALAN MA’RIFATULLAH
*
Ma’rifatullah sulit didefinisikan, secara sederhana ma’rifatullah dapat diartikan : mengenal Allah. Namun ma’rifatullah tidak hanya sekedar tahu (to know), melainkan juga harus memahami (to understand), menghayati (to perceive), meyakini (to believe firmly in) dan mengamalkan (to apply). Ma’rifatullah itu adalah ilmu sekaligus ngelmu. “Ngelmu” (bahasa Jawa) artinya pengetahuan yang memiliki unsur penghayatan, keyakinan dan pengamalan, berbeda dengan “ilmu” yang diartikan sekedar cukup dibaca dan diketahui. Ungkapan Jawa “Ngelmu iku kelakon kanthi laku” (“ngelmu” itu dapat terwujud apabila diamalkan) itu berarti bahwa “ngelmu” tidak cukup hanya diketahui, melainkan juga harus dihayati dengan baik, diyakini dengan mantap dan diamalkan dengan tekun.
Ma’rifatullah atau “mengenal Allah” wajib hukumnya bagi setiap orang. Setiap insan harus mengenal Sang Penciptanya. Sumber dan muara dari segala yang ada. Beragama tanpa mengenal Robbnya ibarat berlayar tak tahu hendak kemana. Ibarat berkelana tak tahu sekarang dimana. Ibarat merantau di alam dunia tak tahu mencari siapa. Maka mengenal Allah merupakan rukun iman pertama, yang memiliki kedudukan yang tinggi.
Sebelum anda menegakan sholat, puasa, zakat dan haji terlebih dulu bersyahadat. Syahadat yang artinya kesaksian, adalah titik awal ma’rifatullah. Namun tidak semua orang yang bersaksi (syahadat) mengerti yang dipersaksikannya (di-syahadati). Pada suatu hari seorang santri sedang melangsungkan hajatan pernikahan. Pada saat akan akad nikah, Sang kyai berkata : “aku ingin cucuku yang berusia 7 tahun ini menjadi saksi dalam akad nikah ini!” tentu saja segenap orang tua yang hadir di majelis akad nikah kaget dan keberatan dengan usulan tersebut, namun sang Kyai tetap ngotot. “Mengapa tidak boleh? Cucuku ini sudah menjalankan sholat dan bisa baca Quran.” tambahnya. “Tapi kyai, meskipun begitu, tetap saja dia masih terlalu kecil untuk dijadikan saksi, ia belum mengerti apa yang sedang sejatinya ia persaksikan dalam akad nikah ini, bagaimana mungkin dijadikan saksi!” sanggah para orang tua. Lalu sang kyai menjawab : ”sebenarnya begitu juga keadaan kalian, setiap hari mengucap Syahadat (kesaksian) namun sejatinya tidak tahu apa yang sedang dipersaksikan (disyahadati)”. Begitulah sang kyai pagi itu sebenarnya hanya hendak memberi sebuah pelajaran (hikmah)  kepada para jama’ahnya.
Ma’rifatullah atau “mengenal Allah” adalah fondasi agama. Adalah jalan menuju Allah ta’ala. Adalah tujuan dalam hidup manusia. Maka ma’rifatullah (mengenal Allah) adalahtitik awal dan titik akhir bagi insan beragama. Oleh sebab itu tidaklah tepat bila ada ungkapan : “jangan mengajarkan ma’rifat sebelum murid belum benar-benar menjalani syariat, hakikat, toriqot”. Ma’rifat adalah titik awal dan titik akhir. Sebelum seorang hamba menjalankan syariat, tarikat dan hakikat ia harus tahu dulu siapakah Robbnya (ber-ma’rifatullah / mengenal Tuhannya). Begitupula saat menjalankan syariat, tarikat dan mendalami hakikat semua tetap difokuskan ke jalan ma’rifatullah.
Ada pula orang yang beranggapan bahwa iman, syariat, tarekot, hakikat, ma’rifat digambarkan seperti sebuah jenjang anak tangga. Syariat diposisikan ada pada anak tangga bawah, setelah menjalani syariat kemudian naik ke tangga tarekot, lalu naik ke hakikat lalu tangga ma’rifat. Akhirnya ada anggapan bila sudah sampai tangga hakikat dan ma’rifat lalu boleh meninggalkan tangga syariat (sholat, puasa dan hukum syariat lainnya). Sesungguhnya tidak ada ajaran semacam itu dalam jalan menuju ma’rifatullah.
Empat Dimensi Menuju Ma’rifat
Mencapai ma’rifat bisa melalui empat dimensi. Dimensi pertama memiliki dasar iman yang kuat. Dimensi kedua adalah menjalankan hukum syariat. Dimensi ketiga ditempuh dengan ajaran tarekat. Dimensi keempat mampu menggali hakikat. Keempatnya berjalan seiring bersama-sama, berjalan serempak, saling mendukung, membantu dan bekerja sama. Menuju puncaknya ma’rifatullah. Maka bangunan ma’rifat diibaratkan bangunan piramid.
Iman tergelar sebagai dasar (pondasi) piramida. Sebagai fundamen ma’rifatullah, tanpa iman tak akan mungkin mengenal Tuhan.
Syariat pilar pelaksana hukum agama. Hukum syariat merupakan tiang agama, jalankan perintah dan jauhi laranganNYA.
Thariqat pilar pencari jalan yang bersih. Sebagai upaya pembersih kalbu dari kotoran hawa nafsu.
Dimensi hakikat penggali inti ajaran yang jernih. Membahas tuntas inti masalah yang mendasari semua ajaran ma’rifatullah.
Masing-masing dimensi tidak berdiri sendiri-sendiri, keempatnya erat berkait, dan dilakukan bersama-sama. Persis seperti sedang menata batubata untuk membangun bangunan piramida. Sehingga tidak ada ajaran bila seorang kyai sudah ma’rifatullah kemudian boleh meninggalkan syariat. Sungguh itu jauh dari kebenaran jalan ma’rifatullah.
Pada hakekatnya tiada yang mengenal Allah kecuali hanya Allah sendiri. Pengenalan kepada Allah merupakan rahmat yang dilimpahkan kepada seluruh umat.
                                                                           ***0***
                                          Wassallam kangmas lintang kencana/Aby Dannu’

KAJIAN ASMA' SIRR


                                                    KAJIAN  ASMA’ SIRR

Bacaan dari Asma’ SIRR adalah sebagai berikut :
“Bismilahhirrohmanirrohim
Sirrullaahi Dzaatullaahi Shifaatullaahi Wujuudullaahi Af’alullaahi Laailaaha illaallaah Muhammadur rasuulullahi. Salaamun qawlam mirrabbirrahiim, wamtaazul yawma ayyuhal mujrimuun”
Dalam blog ini saya jabarkan Kandungan dan Khasiat Asma’ Sirr. Untuk menjelaskan kandungan maknanya saya banyak terbantu dari prosa DR.H.Tohari.M. Semoga dalam bentuk sajak lebih mudah dipahami.
Asma’ Sirr (Rahasia) menyimpan misteri spiritual yang mendalam.
KANDUNGAN ASMA’ SIRR
Ini adalah tentang ajaran sadar ma’rifat.
Sirrullah (rahasia Allah)
Siapa Allah? Yang tahu hanya DIA sendiri.
Allah Maha Batin (ghaib), Maha Halus (Lathiifu),
Tidak dapat dicapai dengan pengelihatan mata.
Namun nurani manusia dapat merasakan kehadirannya
Kehadiran kasih sayangNYA, kehadiran keagunganNYA.
Untuk mengenal Allah harus menempuh jalan ma’rifat (ma’rifatullah)
Apa ma’rifatullah itu?
Ma’rifatullah sulit didefinisikan
Begitu luas cakupan yang harus diraih
Begitu banyak unsur-unsur yang harus dipilih
Begitu beragam pengertian yang tumpang tindih
Secara sederhana ma’rifatullah dapat diartikan: “mengenal Allah
Para muhaqqiqin (orang-orang yang mendalami ilmu hakekat) mengartikannya sebagai : “Ketetapan hati mempercayai Dzat yang wajib wujud (Allah) yang memiliki segala kesempurnaan”.
Ma’rifatullah atau “mengenal Allah” wajib hukumnya bagi setiap mukmin
Setiap insan harus mengenal Allah, mengenal Penciptanya
Sumber dan muara dari segala sesuatu yang ada
Sumber dan muara terjadinya alam semesta.
Pada hakekatnya tiada yang mengenal Allah kecuali hanya Allah sendiri.
Barang siapa yang mengenal Allah, sesungguhnya itu merupakan rahmat yang dilimpahkan Allah kepada dirinya.
Dalam Asma’ sirr menyimpan 4 jenis ma’rifat
Pertama, ma’rifatudz-dzat
(mengenal dzat Allah – Dzatullahi)
Ini bagian yang tidak tercapai oleh insan
Bagian khusus yang merupakan hak Tuhan.
Pikir manusia tidak mungkin mencapainya
Akal manusia tidak mungkin menggapainya.
Nabi Muhammad saw bersabda:
Berpikirlah kalian tentang makhluk Allah, jangan sekali-kali berpikir tentang dzat Allah, karena sungguh kamu tidak akan mampu memenuhi kadarnya
Asma’nya: “ALLAH
Kedua, ma’rifatus-sifat
(mengenal sifat-sifat Allah – Sifatullahi)
Dengan mendalami makna Asma-ul husnah
Insan menjadi mengenal sifat-sifat Allah
Mengenal sifat-sifat kesempurnaan Allah.
Insan hendaknya berakhlak dengan sifat keutamaanNYA
Tentu saja dalam batas kemampuan kemanusiaannya.
Asma’nya:
Al-Ahad, Allah Maha Tunggal (Esa)
Al-Awwalu, Maha Awal tanpa permulaan
Al-Akhiru, Maha Akhir tanpa pungkasan,
Al-Hayyu, Maha hidup
Al-Jabbar, Maha Perkasa
Ar-Rahman, Maha Pengasih
Al-Wadud, Maha Mencintai hamba-Nya
Ketiga, ma’rifatul-wujud
(mengenal wujud Allah – Wujudullahi)
Allah itu wujud (ada).
Namun wujud Allah itu tidak mungkin terjangkau oleh otak manusia.
Tidak mungkin terbayangkan khayal manusia
laisa kamitslihi syaitu” firman Allah;
“(Allah) tidak serupa dengan apapun juga”
Apapun yang bisa dibayangkan sebagai Allah
maka itu bukan Allah, (Maha Besar Allah).
Apapun yang bisa dilukiskan sebagai Allah
pasti itu bukan Allah, (Maha Suci Allah).
Siti Aisyah ra, istri Rasul, berkata:
“man khaddatsaka anna Muhammadan saw, ro-a rabbahu fa qad kadzaba”
“barangsiapa menceritakan kepadamu bahwa Muhammad telah melihat Tuhannya (pada waktu mi’raj) maka dustalah ia”
Bersabda Rasulullah Muhammad Saw;
“wa qad ro’aitu nuron, anna anahu”
“dan sungguh saya melihat cahaya, bagaimana mungkin saya melihatNya (Tuhan)”
“subhanaka, ma’arafnaka haqqa ma’rifataka”
“Maha Suci Tuhan, tidaklah kami dapat mengenalMU dengan pengenalan yang setepat-tepatnya”.
Asma’nya:
Al-Bathin, Maha Ghaib
Al-Lathiifu, Maha Lembut/halus
Az-Zhahir, Maha Nyata
Keempat, ma’rifatul-af’al
(mengenal karya-karya Allah – Af’alullahi)
Melalui Asma-ul Husna, Allah memanifestasikan karya-karyaNYA
Menampakkan af’alnya yang maha hebat
Tergelar dipermukaan seluruh jagad raya
Tersusun rapi dalam organ tubuh manusia
Jagad besar (makrokosmos), jagad kecil (mikrokosmos)
Karya tercanggih yang tak ada bandingannya
Suatu bukti kebesaran Allah tiada taranya
Bagi yang bisa membaca rahasia alam semesta,
Kebesaran Allah nampak jelas, nampak nyata.
Asma’nya:
Al-Khalik, Maha Pencipta
Al-Muhyi, Maha Menghidupkan
Al-Mumit, Maha Mematikan
Al-Jami’, Maha Mengumpulkan
An-Nur, Sang Pemilik Cahaya
Al-Ghaniyyu, Maha Kaya
Esensi ma’rifatullah adalah kesadaran,
kesadaran yang dibimbing hidayah Tuhan.
Kesadaran insan sebagai makhluk hamba Allah,
mengharuskan diri berupaya mengenal Allah.
Karena kesadaran menentukan eksistensi manusia,
tanpa kesadaran orang hidup tak akan sempurna.
Kesadaran ma’rifatullah yang pertama adalah Kesadaran akan eksistensi Allah,
Bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah.
LAA ILAAHA ILLAALLAHU
Kedua adalah kesadaran posisi insan dihadapan Allah
Ketiga kesadaran akan kewajiban insan
Keempat kesadaran sikap batin insan
Tanpa kesadaran ma’rifat, hidup manusia niscaya hampa.
Tanpa kesadaran ma’rifat, ibadahnya dusta belaka.
Mengkaji ma’rifat harus ekstra hati-hati
Jangan sampai terperosok kesalahan definisi.
Agar benar, lurus, sesuai ajaran ilahi
Maka harus berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi
Karena Nabi Muhammad saw adalah utusan ilahi
MUHAMMADUR RASULULLAH
Bila kesadaran sudah membuka pintu ma’rifat,
Air telaga ma’rifat niscaya mengalir membawa rahmat.
Bila kesadaran sudah menempuh jalan ma’rifat
Hidup menjadi lurus menuju Allah As-Somad.
Kelak akan disambut di akherat:
“Salaamun qawlam mirrabbirrahiim, wamtaazul yawma ayyuhal mujrimuun”
“(kepada mereka dikatakan): “Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): “Berpisahlah kamu sekalian (dari orang-orang mukmin) pada hari itu, hari orang-orang yang berbuat jahat.”
Inilah kandungan Asma’ Sirr yang menyimpan ajaran sadar ma’rifat.
                                                                            —oOo—
                                        Wassallam kangmas lintang kencana/ Aby Dannu’

kajian ISMUL A'ZHOM


Kajian ISMUL A’ZHOM
                                                            Kajian Ismul a’zhom

Ismul A’zhom merupakan Nama Allah Yang Agung. Ismul / isim / asma’ yang artinya Nama, Al-a’zhom ( الأعْظَمُ ) yang artinya Maha Agung.
Seperti halnya Asmaul Husnah, ismul A’zhom juga sangat terkenal dalam amalan doa kaum muslimin. Sebab telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa barang siapa berdoa dengan menyebut Ismul a’zhom niscaya doanya akan dikabulkan.
Namun para ulama berselisih pendapat tentang manakah Asma’ Allah yang disebut isim A’zhom. Hal ini disebabkan karena berita-berita yang terdapat di dalam hadist, Rasulullah SAW tidak menyatakan dengan pasti tentang asma’ mana saja yang disebut sebagai Ismul a’zhom.
Dalam hadist hanya diberitakan bahwa Rasulullah telah mendengar untain doa dari para hamba dengan mengagungkan nama Allah, kemudian Rasulullah menyatakan bahwa dia telah memohon kepada Allah dengan ismul a’zhom.
Nabi Shalallahu alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, sesungguhnya aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Esa, Yang menjadi tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakan, dan yang tidak ada sesuatu pun yang setara denganNYA.”
Lantas Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata: “engkau telah memohon kepada Allah dengan isim A’zhom, yang jika dipakai untuk memohon niscaya akan diberi, dan bila dipakai untuk berdoa niscaya akan dikabulkan.” (HR. Abu Daud, Attirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Alhakim dari Abdullah bin Buraidah ra)
Dalam hadist lain:                                                                                    
Dari shahabat Abu Tholhah ra, katanya: Rasulullah SAW mendatangi seorang laki-laki, yang ketika itu sedang berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Mu bahwa hanya bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan selain Engkau, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemberi karunia, Pencipta langit dan bumi, Yang memiliki Keagungan dan kemuliaan
Lantas Rasulullah SAW berkata: “Sungguh dia telah memohon kepada Allah dengan isim a’dhom yang jika dipakai berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan dan jika dipakai untuk memohon dengannya niscaya akan diberi.”
Dalam hadist lain:
Isim Allah yang maha Agung itu, yang jika dipakai buat berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan, didalam ayat ini: yaitu ayat 20 dari surah Ali Imraan.” (HR, Atthobarony dari Ibnu Abbas ra).
Dalam hadist lain:
Isim Allah yang maha agung terdapat dalam enam ayat dari akhir surah Al Hasyr.” (HR. Addailamy dari Ibnu Abbas ra).
Tetapi walaupun tidak ada pernyataan yang pasti dari Rasulullah SAW tentang isim a’zhom ini, namun dari hadist tersebut bisa diketahui gambaran dan ciri-cirinya.
Bagaimana seorang hamba mendapatkan ismul a’dhom? Menurut saya pribadi, sebagai berikut:
  1. Adakalanya seorang hamba mendapat-kan isim a’zhom dengan jalan ilham atau mimpi. Seperti dalam hadist diatas, lelaki tersebut dapat mengucapkan ismul a’dhom meskipun Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan kepadanya. Itu merupakan rahmat dari Allah atas diri seorang hamba. Jadi ismul a’dhom hanya diketahui oleh hamba-hamba yang dicintai dan diridhoiNYA.
  2. Ismul a’zhom biasanya terilham dalam diri seorang hamba yang betul-betul sedang mengharapkan pertolongan hanya kepada Allah SWT. Dalam hatinya benar-benar hanya memohon kepada Allah SWT, tidak kepada yang lain. Dalam beberapa riwayat dari pengamal ismul a’zhom, mereka mendapatkannya ketika dalam keadaan terdesak dan tiada lagi yang bisa memberi pertolongan kecuali hanya Allah SWT saja. Dan Allah SWT mengilhamkan dalam hati sang hamba ilmu hikmah ini.
  3. Menurut Imam Ahmad Albuny, cara mendapatkan isim a’zhom dikalangan auliya berbeda-beda. Dan bacaan amalan ismul a’dhom pun ada bermacam-macam. Seperti yang kita ketahui sekarang ini. Setiap guru, syekh dan para auliya bisa jadi memiliki amalan bacaan ismul a’zhom tersendiri sesuai dengan maqam ketaqwaannya. Jadi Ismul A’zhom tidak diketahui kecuali oleh orang-orang tertentu yang sangat dekat dengan Allah SWT.
Ismul a’zhom yang sejati adalah yang muncul dari ilham ilahi, terucap dari lubuk hati tanpa direkayasa oleh akal dan nafsu.
Untuk mencapai tataran tersebut, para Guru memberi tuntunan wirid ismul a’zhom yang sudah ada sebelumnya untuk diamalkan oleh para murid.
Itulah sekedar penjelasan tentang ismul a’zhom, semoga dengan keterangan singkat ini dapat menambah kadar ketaqwaan kita kepada sang pemilik nama-nama yang agung yaitu Allah SWT.
                                                                   *****—o0o—*****
                                         Wassallam kangmas lintang kencana/aby dannu’

73 manfaat dzikir


                                  73 Manfaat Dzikir Bagi Manusia


 
Dzikir atau mengucapkan kata-kata pujian yang mengingat kebesaran Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dzikir merupakan media yang membuat kehidupan Nabi dan para sahabat benar-benar hidup.
Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah mengatakan bahwa dzikir memiliki tujuh puluh tiga manfaat yaitu:
  1. Mengusir setan dan menjadikannya kecewa.                          
  2. Membuat Allah ridah.
  3. Menghilangkan rasa sedih,dan gelisah dari hati manusia.
  4. Membahagiakan dan melapangkan hati.
  5. Menguatkan hati dan badan.
  6. Menyinari wajah dan hati.
  7. Membuka lahan rezeki.
  8. Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia.
  9. Melahirkan kecintaan. Mengangkat manusia ke maqam ihsan.
  10. Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah.
  11. Orang yang berdzikir dekat dengan Allah.
  12. Pembuka semua pintu ilmu.
  13. Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah.
  14. Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.
  15. Menghidupkan hati.
  16. Menjadi makanan hati dan ruh.
  17. Membersihkan hati dari kotoran.
  18. Membersihkan dosa.
  19. Membuat jiwa dekat dengan Allah.
  20. Menolong hamba saat kesepian.
  21. Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi.
  22. Penyelamat dari azab Allah.
  23. Menghadirkan ketenangan.
  24. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.
  25. Majlis dzikir adalah majlis malaikat.
  26. Mendapatkan berkah Allah dimana saja.
  27. Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat.
  28. Berada dibawah naungan Allah dihari kiamat.
  29. Mendapat pemberian yang paling berharga.
  30. Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal.
  31. Dzikir adalah bunga dan pohon surga.
  32. Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga.
  33. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
  34. Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia.
  35. Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi.
  36. Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.
  37. Dzikir sebagai pintu menuju Allah.
  38. Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.
  39. Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh Allah.
  40. Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia.
  41. Menjadikan hati selalu terjaga.
  42. Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.
  43. Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
  44. Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
  45. Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah.
  46. Melembutkan hati.
  47. Menjadi obat hati.
  48. Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah.
  49. Mendatangkan nikmat dan menolak bala.
  50. Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir.
  51. Majlis dzikir adalah taman surga.
  52. Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat.
  53. Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.
  54. Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah.
  55. Semua kebaikan ada dalam dzikir.
  56. Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’.
  57. Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan.
  58. Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah.
  59. Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa.
  60. Memberikan kekuatan jasad.
  61. Menolak kefakiran.
  62. Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah.
  63. Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta.
  64. Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga ditanami tumbuhan dzikir.
  65. Penghalang antara hamba dan jahannam.
  66. Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.
  67. Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang berdzikir.
  68. Membersihkan sifat munafik.
  69. Memberikan kenikmatan tak tertandingi.
  70. Wajah pedzikir paling cerah didunia dan bersinar di ahirat.
  71. Dzikir menambah saksi bagi seorang hamba di ahirat.
  72. Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan.
Sungguh luar biasa manfaatnya…. tetapi orang tidak akan yakin dengan manfaat-manfaat diatas kecuali yang telah merasakan dan menikmatinya….. Mari kita coba memulainya dari sekarang
                                            wassalam kangmas lintang kencana/aby dannu'

DEWAN PEMBINA JAMHIK





Selasa, 10 April 2012

peran guru dan istiqomah

  • PERAN GURU DAN ISTIQOMAH
    by.kangmas lintang kencana
    majelis spiritual & dzikir mamba'ul hikam
    Memang harus diakui belajar ilmu spiritual & supranatural membutuhkan kesabaran dan keuletan. Salah satu kunci suksesnya adalah Peran Guru dan Istiqomah.

    PERAN SEORANG GURU

    Seorang guru memiliki peran yang sangat penting. Kita tahu bahwa ilmu ghaib bukan seperti ilmu nalar seperti dibangku sekolah yang cukup dipahami dan dimengerti.

    Namun ilmu ghaib suatu ilmu yang berbeda, ilmu ghaib tidak cukup hanya dimengerti dan dipahami oleh akal pikiran (olah pikir). Tetapi juga harus bisa merasakan (olah rasa). Disinilah peran seorang guru bisa memberikan petunjuk agar kita mampu memahami dan merasakan segala efek khasiatnya.

    Mempelajari Ilmu ghaib berhubungan dengan dunia batin dan ghaib. Segala sesuatunya masih samar bagi kita, jadi perlu pembimbing yang bisa menuntun agar tidak tersesat. Tidak merusak akidah kepada Tuhan YME. Bahkan nabi Muhammad SAW mengingatkan: “barang siapa yang belajar ilmu hikmah (spiritual) tanpa guru, berarti ia telah menunjuk setan menjadi Gurunya”. Sebab yang ingin diraih dari belajar ilmu ghaib bukan sekedar sakti atau kebal, tapi bisa mengenal Diri yang Sejati. Pondasi penting untuk menelusuri Sangkan Paraning Dumadi.

    Belajar ilmu spiritual tanpa guru adalah bentuk Kesombongan dan Keangkuhan. Nafsu tersembunyi. Harus diwaspadai. Tengoklah para guru, alim ulama, para syekh, mursyid, para Nabi dan Rasul. Semua dibimbing oleh seorang guru.

    Nabi Muhammad SAW dituntun Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Nabi Musa as dibimbing oleh Nabi Khidir as. Para sahabat dibimbing oleh Nabi SAW. Para WaliAllah dibimbing oleh Guru-guru spiritual pendahulunya, contohnya (walisonggo) Sunan Kalijaga dibimbing oleh Sunan Bonang. Sunan Bonang pun dibimbing oleh Guru sebelumnya. Syech Ibn Qoyyim Al Jauziyah berguru kepada Syaikhul Islam Ibn Taimiyah selama 16 tahun. Masih banyak contoh yang lain. Mereka semua bisa mencapai derajat spiritual yang tinggi seperti itu, tak pernah lepas dari bimbingan seorang Guru.

    Jadi diri kita yang masih awam ini, mau membuka hijab keghaibanNYA dan mencapai derajat spiritual yang tinggi tanpa seorang Guru?? Naif sekali, jawabnya.

    Dengan didampingi seorang Guru, ilmu menjadi lebih cepat dikuasai. Segala kendala yang terjadi selama belajar ilmu bisa dicarikan solusinya. Maka carilah guru yang benar-benar telah menguasai ilmu yang diijazahkannya.

    Istilah “gila karena belajar ilmu ghaib” itu sebenarnya disebabkan karena selalu gagal belajar ilmu ghaib. Lalu otak tidak bisa lagi membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Merasa sering diberi wangsit (bisikan ghaib) padahal kenyataannya sedang menuruti bisikan hawa nafsu sendiri. Lama-lama jadi terganggu syaraf pikirannya (stress/gila).

    Oleh karena itu jika ingin belajar ilmu hikmah & keghaiban carilah seorang guru yang bisa memberi petunjuk dan membimbing jalan spiritual kita. Perkembangan jaman dan teknologi telah memberi berbagai kemudahan. Bisa belajar secara online, tanpa bertatap muka. Yang penting tetap dibimbing dengan baik dan benar. Semoga jalan spiritual anda lebih terbuka lebar.

    AMALKAN ILMU DENGAN ISTIQOMAH

    Setelah mendapatkan guru, kemudian amalkanlah tuntunan ilmunya dengan istiqomah. Milyaran ilmu dihamparkan Tuhan YME di alam ini. Tengoklah saja di internet, betapa banyak ilmu ghaib yang sudah dijabarkan para Guru. Apakah harus mempelajari semua? Tentu saja tidak. Amalkan satu atau dua ilmu saja yang paling tepat untuk diamalkan. Kemudian dawam-kan amalan tersebut dengan istiqomah.

    Mengamalkan satu ilmu dengan istiqomah adalah lebih baik daripada punya banyak ilmu tapi tidak istiqomah, atau bahkan tidak pernah diamalkan sama sekali. Jangan takut dengan orang yang seakan-akan memiliki banyak ilmu, tahu ilmu ini – ilmu itu. Tapi waspadalah kepada orang yang telah menguasai 1 ilmu dengan sempurna.

    Ada sebuah pengalaman, ketika remaja saya pernah belajar kepada seorang sesepuh, beliau hanyalah orang desa, tidak punya pendidikan formal, tidak bisa baca tulis Arab Quran, apalagi menghafal hizib, ratib dan Asma. Bekalnya dalam membantu orang yang kesusahan dan menaklukan alam hanya dengan 1 mantera Jawa yang ia sering hafalkan sejak remaja. Bahkan isi manteranya adalah mantera keselamatan ketika perang menghadapi para penjajah. Tapi bila ada pasien dengan keluhan apa saja, mulai dari kesehatan sampai susah rejeki, yang ia baca Cuma mantera itu saja. Kenyataannya tetap terbukti mustajab (berhasil).

    Tidak ada ilmu hikmah yang lebih hebat dari ilmu hikmah yang lainnya, bila tidak diamalkan dengan tekun / istiqomah.

    Terkadang kita lebih sering diperbudak nafsu, terus mengejar dan mencari semua ilmu, setiap hari surfing di internet, tekan copy-paste & refresh (F5) berharap ada posting ilmu-ilmu yang baru. Tetapi malah terlena, lupa untuk mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Hari berganti hari, usia semakin bertambah, raga sudah semakin tua tidak kuat lagi untuk diajak puasa dan tirakat, nikmat sehat berganti sakit. Akhirnya tidak ada satupun ilmu yang dikuasai sampai menjelang akhir perjalanan hidup.

    Maka selagi kita masih diberikan nikmat sehat dan kelapangan, segeralah amalkan ilmu. Jika ada kendala, konsultasilah kepada sang pengijazah. Semoga ilmu yang anda amalkan dengan istiqomah bermanfaat saat dibutuhkan hingga akhir hayat kelak.amin
    wassallam * kangmas lintang kencana *

definisi ilmu hizib

  • DEFINISI ILMU HIZIB .by.kangmas lintang kencana ................................................................................majelis spiritual & dzikir mamba'ul hikam ................................................................................................................................................................ Dalam dunia tasawuf (tarekat sufi), zikir itu bermacam-macam bentuknya. Ada yang berupa zikir Latifah (lembut), ada yang berupa Ratib dan Hizib.

    Ratib adalah suatu bentuk zikir yang disusun oleh seorang Guru tarekat sufi untuk dibaca pada waktu-waktu tertentu oleh seseorang atau secara berjamaah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Guru tarekat sufi. Ratib biasanya diamalkan untuk umum, artinya zikir Ratib boleh diwirid (dibaca berulang-ulang) dan diamalkan oleh siapa saja, para khalayak umum, baik para pengikut tarekat atau bukan.
    Selain Ratib ada juga zikir yang hanya boleh diamalkan oleh pengikut tarekat sufi yang disebut sebagai Hizib.

    Pengertian HIZIB
    Hizib berasal dari bahasa Arab: HIZBUN. Yang artinya: kelompok, golongan, partai, jenis, wirid, senjata. Dan dalam hal ini arti yang cocok adalah jenis wirid.
    Hizib adalah himpunan ayat-ayat Al-Qur’an dan untaian kalimat zikir, Asma Allah (ismul a’azham) dan do’a yang disusun untuk diamalkan dengan membacanya atau diwiridkan (diucapkan berulang-ulang) sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Taqarrub Ilallah).
    Jadi kandungan dari sebuah Hizib selain berisi pujian mengagungkan Asma Allah SWT dan shalawat Nabi juga mengandung doa untuk memohon pertolongan kepada Allah. Hizib juga mengandung banyak rahasia (sirr) yang sulit dipahami oleh orang awam, seperti kutipan beberapa ayat Al Quran yang terkadang isinya seperti tidak terkait dengan lafal rangkaian doa sebelumnya. Para ahli Hizib berpendapat bahwa dalam hal ini yang terkait adalah asbabun nuzul-nya.

    Hizib yang Haq (benar) secara langsung atau tidak, akan bersumber dari ayat-ayat Al Quran, dalil hadist Nabi SAW dan doa-doa yang baik. Sedangkan Hizib yang bertentangan dengan nash (Al Quran dan Hadist) baik dalam lafal hizib maupun fungsi dari hizib, maka hizib tersebut sesat.

    Ada beberapa macam Hizib yang diragukan kebenarannya, karena lafal atau penggunaannya yang tidak sejalan dengan ajaran agama. Contohnya hizib-hizib sihir untuk menyakiti manusia, untuk berbuat hina/nista dan berbagai macam Hizib yang tidak menganjurkan pengamalnya untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

    Karomah HIZIB

    Penyusun Hizib biasanya adalah tokoh pengasas, pelopor atau pemimpin aliran tasawuf / tarekat sufi yang disebut sebagai seorang Mursyid. Maka ilmu HIZIB ini banyak diamalkan oleh para pengikut tasawuf.

    Bagi sebagian orang pengikut tasawuf percaya bahwa dalam suatu Hizib terkandung rahasia-rahasia ghoib yang berhasil diungkapkan oleh sang mursyid (penyusun Hizib tersebut). Kesucian dan kesalehan seorang Mursyid hingga diberi karunia oleh Allah untuk menyingkap rahasia ilahi, yang tidak setiap manusia diberi pengetahuan tentang hal ghoib ini, maka tak sedikit para pengikut tawasuf yang kemudian mengkultuskan sang Mursyid sebagai salah satu Wali Allah (kekasih Allah).

    Karena keterikatannya dengan sang wali tersebut, Hizib dianggap memiliki khowas. Para Wali Allah adalah orang yang sangat dekat dengan Allah swt. Berkaitan dengan hal tersebut orang yang mengamalkan hizib bisa berwasilah melalui wali kekasih Allah yang dimaksud, sehingga dipercaya oleh sebagian besar pengikut tasawuf bahwa khowas dari sang wali akan timbul melalui hizib yang dibacanya.( Wallahu a’lam)

    Macam-macam HIZIB

    Beberapa contoh Hizib:
    Hizib Bahr, dikarang oleh As-sayyid asy-Sayiakh Abil Hasan Asy-Syadzili, Pengasas Tarekat Syadziliyah. Dalam hizib ini termaktub doa (fadilah/khasiat) untuk melancarkan berbagai macam usaha dan kerejekian.
    Hizib Nashar. Oleh As-sayyid asy-Sayiakh Abil Hasan Asy-Syadzili, (Tarekat Syadziliyah). Dalam hizib ini terkandung doa untuk segala hajat, kerejekian dan keselamatan. Beberapa kyai menyebutkan karomah Hizib ini dapat digunakan untuk membebaskan orang yang terpenjara (teraniaya). Selain hizib tersebut tadi ada lagi Hizib Lathif, Hizib Ikhfa’, Hizib Falah.
    Hizib Ghazali & Hizib Autad, (oleh Syeikh Imam Al Ghazali, Tarekat Ghazaliyyah). Dalam Hizib Autad ini terangkum zikir mengagungkan asma Allah yang diwirid setiap hari. Dalam berbagai kitab diterangkan zikir ini bermanfaat sangat banyak, salah satunya untuk melancarkan segala hajat keperluan.
    Hizib Jaylani, Hizib Al-Hifzh, Hizib An-Nur (oleh Syeikh Abdul Qadir Jailani, Tarekat Qadiriyyah). Dalam Hizib Jaylani ini terkandung doa untuk keselamatan. Beberapa guru spiritual menerangkan bahwa Hizib ini juga berkhasiat dapat menumbuhkan kesaktian pada diri sang pengamalnya.
    Hizib Wiqayah oleh Ibn Arabi
    Hizib An-Nawawi oleh Al-Imam An-Nawawi
    Hizib Barqi
    Hizib Saefi
    Hizib Munajat
    Hizib Muroqobah wa Syuhud
    Dan lain-lain.

    Seyogyanya seseorang yang ingin mengamalkan Hizib terlebih dulu harus menerima ijin atau ijazah dari Guru tarekat tasawuf yang terkait dengan Hizib tersebut.amin
    wassallam * kangmas lintang kencana*

antara ilmu hitam dan ilmu putih

ANTARA ILMU HITAM DAN ILMU PUTIH
Kajian Mitologi Supranatural
by.kangmas lintang kencana
majelis spiritual & dzikir mamba'ul hikam ................................................................................ Ilmu Hitam & Ilmu Putih
Antara Ilmu Hitam dan Ilmu Putih
Ilmu Hitam jelas berbeda dengan ilmu putih. Ia tidak bisa disekutukan lalu menjadi abu-abu, seperti cat tembok. Antara ilmu hitam dan ilmu putih lebih menyerupai papan catur. Bisa berdampingan tetapi sesungguhnya berlawanan.

Ilmu hitam dan ilmu Putih mempunyai perwatakan yang berbeda. Ilmu hitam cenderung merugikan, sedangkan putih membahagiakan.

Lelaku

Persyaratan ilmu hitam sangat akrab dengan dunia kematian. Untuk mendapatkan kesaktian, seorang pelaku ilmu hitam akan melakukan tapa brata di tempat angker atau kuburan dan bersekutu dengan makhluk gaib sang penunggu tempat angker tersebut.

Para memuja Bethari Durga (Ilmu Leak), konon akan berubah menjadi bola api, dan terbang menembus gelapnya malam untuk mencari mangsa, yaitu berupa darah segar dari tubuh bayi yang baru lahir.

Para pemburu Pesugihan, akan memberikan tumbal nyawa kepada setan yang dimintai kekayaan. Tumbal bisa berupa binatang ternak, atau nyawa manusia.

Seorang pencuri akan mengambil tanah kuburan agar berhasil sukses melakukan pencurian. Tanah kuburan tersebut berfungsi sebagai prasarana ajian sirep. Tuah ajian sirep dapat melelapkan seluruh penghuni rumah, sehingga pencuri bisa bergerak leluasa.

Upacara ritual ilmu hitam biasanya juga diselubungi kengerian sebagaimana persyaratannya. Tidak hanya sekedar doa dan mantra, namun juga harus dilengkapi dengan candu, opium, atau minuman berakhohol tinggi. Tak jarang pula diperlukan kucuran darah manusia. Bisa darahnya sendiri, bisa pula darah orang lain yang jadi korban.

Sungguh berbeda dengan ilmu putih. Ritual dapat dilakukan dimana saja asalkan ditempat yang bersih dan suci. Persyaratannya mudah dicari, seperti air putih, garam, kembang (bunga), wewangian (minyak wangi, dupa, kemenyan) dll. Dan syarat itupun tak mutlak harus ada. Jika punya ya disertakan, kalau tidak ada pun ilmu putih tetap bisa bekerja. Karena intinya terdapat pada rapal mantera, sebagai bentuk permohonan kepada Yang Maha Pencipta. Dalam ilmu putih memang masih menyisakan ruang bagi Tuhan.

Ilmu Hitam Tidak Abadi

Ilmu gendam merupakan bagian kekayaan dari ilmu hitam. Salah satu jenisnya sering dipraktekan dijalanan, dipasar, diterminal atau tempat keramaian lainnya. Ilmu gendam mengacaukan mekanisme kesadaran sang korban. Sehingga korban tidak menolak jika diminta, tidak marah walau ditipu.

Namun ilmu hitam tidak abadi, dalam jangka waktu dan jarak tertentu efeknya akan hilang. Sang korban akan kembali sadar ketika pelaku ilmu gendam telah pergi jauh. Jin yang menempati tubuh sang korban akan “oncat” dari tubuh korban. Untuk kembali mengikuti pemilik ilmu gendam setelah waktu tertentu atau jarak radius tertentu. Ilmu Pelet juga sama seperti ilmu gendam dan sirep.

Ajian sirep Begananda yang diamalkan oleh para pencuri juga begitu. Efek sirepnya hanya bekerja sampai sebelum fajar menyingsing. ”…sakdurunge ana handarageno soko wetan”. Sebelum ada Matahari (terbit) dari timur. Perhatikan juga rapal Mantera Ajian Sirep Megananda ini: “…aja tangi yen durung ana geni saka langit pitu,” Jangan bangun sebelum ada api dari langit tujuh (matahari).

Ilmu santet dan tenung, akan berakhir ketika setan yang menempati tubuh sang korban, telah pergi (balik) atau telah dibinasakan.

Karakter ilmu dan Manusia

Ilmu kebathinan (Hitam atau Putih) akan mempengaruhi tingkah laku dan watak seseorang. Karena ilmu juga memiliki perwatakan, bersemayam pada diri manusia dengan perwatakan sama. Perwatakan yang berbeda tidak bisa dipaksakan menempati ruang jiwa yang sama. Artinya seseorang yang berwatak jahat, culas, licik akan bersekutu dengan kekuatan ilmu hitam. Watak kesatria akan memilih aliran putih.

Orang berwatak jahat hanya bisa minta tolong kepada dukun aliran hitam untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Jika memaksakan diri untuk ditolong oleh dukun aliran putih, niscaya cuma akan memperoleh nasehat-nasehat moral.

Karena pemilik ilmu putih cenderung berkata jujur, pembela kebenaran yang sejati, tidak mau menyimpang dari jalan kebenaran dan menempuh cara-cara yang sesuai dengan kebenaran dalam mengatasi masalah.

Bila melakukan penyimpangan niscaya ilmu putihnya akan hilang. Atau akan terjadi pertentangan didalam batin yang akan membuat dirinya stress dan akhirnya jadi gila. Tidak akan berakhir sebelum melepas ilmu gaibnya. Saya pribadi pernah mengalaminya. Oleh karena itu saya bisa memetik hikmah dan mengerti.

Mitos orang berilmu hitam tapi berperilaku baik, bakal mengubah ilmunya menjadi putih atau sebaliknya, adalah lelucon ringan di kalangan dunia kebatinan. Rumusan ngawur seperti itu, tidak ada dalam kamus alam ghaib. Hitam tetap hitam. Putih jadi putih.

***wassallam kangmas lintang kencana***

DEWAN PEMBINA JAMHIK



Kajian Ilmu Ghoib

KAJIAN TENTANG ILMU GHOIB
by kangmas lintang kencana .majelis spiritual & dzikir mamba'ul hikam ....................................................................
Ketika anda akan mempelajari ngelmu tentu syarat utama anda harus percaya dan yakin adanya unsur ghoib. Sesuatu yang tak selalu bisa dijangkau dengan panca indera dan akal, namun nyata adanya. Bahkan terkadang berlawanan dengan teori hukum alam fisik (materi).

Ghoib bisa berarti samar = elok, mengungkapkan kejadian, suasana yang tidak bisa diterima oleh nalar. Tidak logis dan rasional. Berbicara tentang hal ghoib seakan-akan berbicara yang mengada-ada. Namun tetap harus dipercayai bahwa ghoib itu ada. Manusia sendiri merupakan ciptaan yang terdiri dari 2 unsur, salah satunya berunsur ghoib. Yaitu selain jasad (fisik) juga ada Ruh, yang tidak bisa dilihat dengan mata, namun nyata keberadaannya sebagai lambang kehidupan manusia.

Begitu juga dengan malaikat, jin, syetan beserta alam kehidupannya juga masuk dalam kategori ghoib. Adapula hal-hal atau kejadian yang ghoib yaitu kematian, akherat, surga, neraka, pembagian rejeki dan jodoh dsb.

Saya tidak mengatakan Tuhan (Alloh swt) itu ghoib, karena tidak ada satupun dalam 99 Asma’-Nya yang menyebutnya Al Ghoib, yang ada hanya Al Batin untuk menggambarkan sifat “keghoibanNya”.

Meski manusia berhasil membuka hijab keghoiban, namun bukan berarti bisa mengerti segalanya. Ini berarti ghoib dibagi menjadi 2 macam. Yaitu:

1. Ghoib Idhofie, yaitu hal-hal atau kejadian yang tidak dapat dimengerti orang awam, tetapi oleh orang-orang tertentu yang telah mengerti rahasianya, seluk-beluknya, hal itu tidak ghoib bagi mereka. Umpamanya seperti kekuatan magnetisme, tenaga Inti / Tenaga Dalam, ilmu-ilmu kanuragan, terawangan (menembus alam Jin) dan lain-lain sebagainya.

2. Ghoib haqiqie, yaitu hal-hal atau kejadian yang tidak diketahui oleh makhluk, baik manusia, malaikat, ataupun Jin, jadi hanya Tuhan saja yang mengetahuinya. Umpamanya seperti kapan hari kiamat tiba, pembagian rejeki, jodoh, ajal, dan rahasia ketuhanan lainnya. Ghoib Haqiqie inilah yang dimaksud dalam ayat Al-Quran berikut ini:

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak (pula) sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Makhfuzh)” (QS. Al An’am : 59)

Hal ini perlu dipahami agar tidak salah kaprah nantinya dalam mensikapi tentang hal-hal yang ghoib.

***wassallam kangmas lintang kencana***

Kunci Belajar Ilmu

KUNCI BELAJAR ILMU
by.kangmas lintang kencana/aby wildan
majelis spiritual & dzikir mamba'ul hikam ...................................................................................................................... .
PAHAMI 4 PERKARA

Agar suatu kegiatan itu dapat berjalan dengan baik & lancar dan berhasil dengan sukses maka dibutuhkan suatu rencana atau persiapan yang matang. Begitu pula dalam mempelajari ilmu-ilmu hikmah / ilmu keghoiban (Jawa: Ngelmu). Seseorang yang hendak belajar ngelmu tidak boleh tergesa-gesa, supaya tidak terjadi kesimpang siuran (menyimpang/sesat) dan kacau balau (gila). Upaya pertama yang harus dilakukan oleh calon murid adalah kesiapan batin. Dalam hal ini ada baiknya diawali dengan berkonsultasi dengan orang yang telah ahli dalam ilmu gaib dan juga kepada ahli ilmu agama yang diyakininya.

Dalam mempelajari ngelmu dibutuhkan suatu persiapan supaya tahu terapan ilmu batin tersebut. Dengan jalan, memperhatikan dan memahami maknanya. Duduk dengan tenang, penuh kesadaran, pahami apa yang sedang dilakukan. Tentu saja sedang mempersiapkan diri untuk mempelajari suatu ngelmu. Persiapan yang penting untuk belajar ngelmu adalah tahu betul bahwa dirinya telah siap untuk belajar.

Kemudian berkonsentrasi fikiran barulah menelaah fatwa-fatwa ajaran yang tersirat dari ngelmu tersebut. Kalau tidak dapat berkonsentrasi maka akan kacau balaulah akibatnya dan gagallah yang akan didapat. Setelah dapat berkonsentrasi, barulah memulai dengan petunjuk yang utama terdiri dari empat perkara.

Jadi jika disimpulkan syarat keberhasilan bagi yang akan memperdalam suatu ilmu hikmah atau ngelmu adalah sebagai berikut:

Sadar, bahwa dirinya akan mempelajari ngelmu mistik (gaib).
Konsentrasi fikiran, jangan tumpangsuh fikirannya.
Faham arti empat perkara, yaitu:
Mantep, artinya mantap dengan penuh keyakinan untuk mempelajari ilmu tersebut.
Temen, artinya tekun atau bersungguh-sungguh
Gelem nglakoni, artinya mau menjalani, walau apapun yang terjadi tetap menghayati ngelmu tersebut.
Ojo gumunan, artinya jangan mudah heran atau terpukau, terpesona, terhadap keajaiban yang ditimbulkan oleh ngelmu.
Karena bila rasa heran itu timbul / muncul, maka proses ngelmu itupun akan berhenti. Dampak dari gumun (heran) itu adalah hancurnya konsentrasi.

Bila terapan ilmu batiniah itu telah dipahami benar maka sudah saatnya untuk memulai. Dengan bermodalkan ketekunan dan sabar maka ngelmu itu akan berhasil dipelajari.

Renungkan dengan kesungguhan hati, untuk merenungi tuntunan ngelmu ini. Pada titik jenuh, maka akan terbukalah keberadaan.

***wassallam***
KIAT MERAIH ILMU .by.kangmas lintang kencana/aby wildan .majelis spiritual & dzikir mamba'ul hikam
kami kutipkan penjelasan Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthani dalam kitab Al Hikmah Fid Dakwah Ilallah dalam pembahasan kiat meraih ilmu. Dalam tulisan ini kami banyak mengambil manfaat dari penjelasan Syaikhuna Abu Haidar As Sundawi hafizhahullah wa jazahullah khairan pada acara daurah Islamiyyah di Masjid Umar Bin Khaththab Selacau Bandung Jawa Barat. Beliau membuka acara daurah tersebut di malam hari bulan Juni atau Juli 1997 dan memberikan kiat-kiat memperoleh ilmu dengan mengambil rujukan kitab tersebut di atas. Selain itu beliau membawakan penjelasan Dr. Yusuf Bin Abdillah bin Yusuf al Wabil dalam kitab Asyratush Sa’ah untuk menjelaskan ilmu apa yang wajib dicari oleh seorang muslim.

Mudah- mudahan bermanfaat bagi penyusun risalah ini dan kaum muslimin. Kami akan lanjutkan dengan artikel pembahasan tentang ilmu yang wajib dicari oleh setiap muslim dengan harapan memotivasi kita semua untuk senantiasa perhatian terhadap ilmu. Kiat-kiat yang disebutkan adalah penopang dari kegiatan mencari ilmu karena ilmu didapat dengan dicari yakni dengan menghadiri majelis ilmu dan juga membaca kitab atau mendengarkan kaset para ulama atau para ustadz yang menukil penjelasan ulama. Dan yang paling utama tentu saja menghadiri majelis ilmu.

Berikut ini kiat-kiat meraih ilmu yang disebutkan oleh Syaikh Dr.Said bin Wahf Al Qahthani:

1. Seorang hamba hendaknya berdoa meminta ilmu yang bermanfaat kepada Rabbnya.

Allah telah perintahkan kepada NabiNya shallallahu walaihi wa sallam untuk berdoa meminta tambahan ilmu. Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“…dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Thaha: 114).

Dan salah satu do’a yang dilantunkan Rasulullah shallallahu alihi wa sallam adalah:

اَللَّهمَّ انفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا

“Ya Allah berilah manfaat ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, dan berilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah aku ilmu” ( H.R.Tirmidzi dan Ibn Majah)

Selayaknya bagi setiap muslim tidak melupakan ikhtiar/upaya bathin berupa doa kepada Allah agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk berdoa meminta ditambahkan ilmu padahal wahyu diturunkan kepada beliau! Oleh karena itu hendaknya kita memperbanyak doa memohon tambahan ilmu disamping upaya kita mendatangi majelis ilmu. Dan hendaknya gunakan waktu-waktu yang mustajab ketika berdoa meminta tambahan ilmu.

2. Bersungguh sungguh dan berkeinginan keras dalam mencari ilmu, serta dengan mengharap ridha Allah.

Dalam hal ini Imam Syafi’i bersyair:

أَخِي لَنْ تَنَالَ اَلْعِلْم إِلاَّ بِسِتَةٍ سَأُنْبِئْكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا بِبَيَانٍذَكَاءٌ، وَحِرْصٌ، وَاجْتِهَادٌ، وَبُلْغَةٌ، وصحبة أُسْتَاذٍ ، وَطُوْلُ زَمَانٍ

“Saudaraku, engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara. Akan aku kabarkan rinciannya dengan jelas: kecerdasan, berkeinginan keras, bersungguh-sungguh, memiliki bekal, bergaul dengan ustadz (Ada juga yang mengartikan harus dengan bimbingan ustadz. Wallahu a’lam –red), dan perlu waktu yang lama”

3. Menjauhi segala maksiat dengan bertaqwa kepada Allah.

Hal ini faktor terpenting untuk memperoleh ilmu sebagaimana ilmu pun sebagai hal yang terpenting untuk memperoleh ketaqwaan. Subhanallah! Betapa menakjubkan penjelasan ulama yang menjelaskan keterkaitan satu masalah dengan masalah lain dalam hal ini ilmu dan taqwa! Allah berfirman dalam surat al Baqarah 282:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Allah Ta’ala berfirman dalam surat al Anfal 29:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan”

Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa orang bertaqwa kepada Allah akan diberi ilmu sehingga ia akan mampu membedakan yang hak dan bathil.

Alkisah, suatu hari Al Imam asy Syafi’i rahimahullah bermaksud menyusun kitab, namun tiba-tiba beliau lupa materi yang akan dituliskannya. Maka al Imam rahimahullah mengadukan hal ini kepada seorang gurunya yang bernama Al Imam Waki’ dan sang gurunya mengatakan, “Anda sudah bermaksiat, oleh karena itu tinggalkanlah maksiat.” Imam Syafi’i kemudian mengabadikan nasehat gurunya tersebut dalam bentuk sya’ir:

شَكَوْتُ إِلَى وَكِيع سُوءََ حِفْظِي فأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيوأخبرني بِأنَّ عِلْمَ اللهِ نُورٌ وَنُورُ اللهِ لاَ يُهدَى لِعَاصِي

Aku mengadu kepada Waki’ mengenai buruknya hafalanku

Maka beliau memberi nasehat agar meninggalkan maksiat

Dan memberitahu bahwa Ilmu Allah adalah nuur (cahaya)

Dan cahaya Allah tidak dianugerahkan kepada pelaku maksiat

4. Tidak sombong dan tidak malu dalam menuntut ilmu.

Aisyah radhiyallahu anha pernah mengatakan, “Wanita terbaik adalah wanita kaum anshar, karena perasaan malunya tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama.” Mujahid berkata: “Tidaklah dapat mencari ilmu bagi orang yang malu dan sombong”

5. Ikhlas dalam mencari ilmu.

Dalam mencari ilmu hendaknya mencari wajah Allah dan bukan dengan niat berbangga-bangga di hadapan manusia dengan ilmunya.

6. Mengamalkan ilmu.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Imam Sufyan bin Uyainah berkomentar tentang amal, “Manusia paling bodoh adalah yang meninggalkan ilmu yang diketahuinya, dan manusia yang paling berilmu adalah yang mengamalkan ilmunya, dan manusia yang paling utama adalah yang paling takut kepada Allah.”

semoga bermanfa'at aminnnnnnnnnnnnnnn

***wassallam kangmas lintang kencana***

Ilmu Pembersih Hati

Ilmu Pembersih Hati ..........................................................................................................
Ada sebait do'a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do'a tersebut berbunyi : Allaahummanfa'nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni wa zidnii ilman maa yanfa'unii. Dengan do'a ini seorang hamba berharap dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermamfaat.
Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermamfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."
Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] : 109).
Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun!
Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada mnusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita akan mendapatkan mamfaat darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.
Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzhalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermamfaat. darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.
Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermamfaat.
Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa mamfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sibuk mengkaji ilmu fikih, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian juga bila mendalami ilmu ma'rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan menganggap orang lain sesat.
Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma'rifat, mengenal Allah. Datangilah majelis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak berdzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?
Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya.***
wassalam kangmas Lintang Kencana

kangmas lintang kencana

Kangmas Lintang Kencana
Alhamdulillah telah jadi blog kami ..